Kamis, 09 Januari 2014

Angin Sore

Ketle ku berteriak, kumatikan kompor dan menyeduh teh tubruk yang kutuang di cangkir berbahan seng old school kesayanganku. Menambahkan sesendok teh gula dan menikmati uap wangi teh hitam yang selalu kusuka.

Mari duduk bersamaku. Sekedar membagi senyum atau diam pun tak apa. Menertawakan pahitnya hidup atau sekedar membagi cerita manis cinta yang ternyata tak selalu membuat kita bahagia, dan please jangan tanya kenapa.

Sebentar, biar kunikmati dulu tehku. Menikmati uapnya yang menari-nari di wajahku saat kudekatkan cangkir ke bibirku. Aku selalu memejamkan mataku di saat-saat seperti ini. Memanjakan uap, wangi teh dan keabadian untuk berbahagia. Sssstt,, biarkan saja dulu mereka di sana.

Sering kuangankan kau hadir bersamaku di saat-saat seperti ini. Menikmati angin sore berdua saja. Bergenggaman tangan dan bertatap mata. Membagi senyummu tanpa harus kuminta. Dan sesekali kau acak riap rambutku, katamu kau suka melakukannya. Tak pernah lagi kutanya "mengapa", aku lebih memilih senyum alih-alih menanyakannya lagi.

Namun kau tak ada. Seiring waktu terlalu sulit untuk menemukan hadirmu. Terlalu banyak yang tak lagi kau tahu tentangku. Terlalu sering aku kecewa tak berbatas waktu. Terlalu sepi sudah berandaku. Dan angin sore ini, kuharap dia tak sepertimu.

Jogja, Jan 13th 2014