Pernah kalian merasa beruntung? Hal apa yang membuatmu merasa
begitu beruntung? Apa yang dapat lebih kau syukuri dari memiliki seseorang yang
sayangnya begitu dalam padamu dan tulusnya tak perlu kau ragukan?
Adalah dia, kakak, sepupu, kesayangan, laki-laki yang
dicintai banyak wanita dan pesonanya sulit untuk membuatmu tak menengok (walau
hanya) mendengarnya berbicara. Kak Seno, begitu aku memanggilnya sejak kecil. Aku
hampir lupa kapan aku mulai begitu mengingatnya. Tapi tak akan pernah kulupa
bagaimana aku begitu terkagum-kagum pada pemikiran dan logat melayunya yang
menurutku begitu syahdu.
Adalah dia, yang tak pernah melewatkan mengucapkan selamat
ulang tahun padaku di setiap tanggal 6 bulan ke 11 tahun-tahun yang kulewati,
dengan kata-kata manis yang terlalu sulit bagiku untuk tak mengingatnya. Selalu
disisipkannya doa-doa indah untukku di hari itu. Harapan-harapan indahnya
padaku, untuk selalu menjadi perempuan luar biasa serta kuat dan semakin kuat
tiap tahunnya. Tak pernah diizinkannya aku menyerah begitu saja pada masalah.
Selalu kuingat bagaimana dia memujiku dengan cara yang tak biasa, cara yang
sama sekali berbeda dengan laki-laki lain melakukannya. Hanya ketulusan yang
dia punya untukku, tak ada tujuan lainnya.
Adalah dia, laki-laki yang sangat sering memanggil sayang dan
menciumku tanpa canggung di depan umum. Bahkan di depan kekasihnya sendiri!
Memasang foto saat dia menciumku begitu mesra di jejaring sosial miliknya.
Hingga banyak kawan kami yang kemudian menyempatkan bertanya secara pribadi
tentang siapa dia, siapa saya dan ada hubungan apa. Tak bisa kutahan tawaku
setiap ada orang yang menanyakan hal ini. Dan tak jarang kugoda mereka hanya
dengan menjawab “RAHASIA!” hahaha..
Adalah dia, laki-laki yang padanya aku berani menaruh harap
tanpa takut akan menyesal kemudian karena kecewa dengan harapanku sendiri.
Selalu kuingat pertanyaannya setiap kami bertemu, “Kamu apa kabar, Vick?” dan
betapa sedihnya dia jika jawabku adalah mangu penuh ragu. Pernah suatu kali
kuceritakan permasalahanku padanya, dan dengan menghela napas dia mengatakan,
“Selalu kuingatkan padamu, Vick. Jangan pernah bertaruh jika tak yakin menang.”
Lalu bagaimana lagi aku harus membela diri dengan kata-katanya ini?
Adalah dia, satu-satunya laki-laki selain bapakku yang tidur
semalaman dengan memelukku dan tak memikirkan sex sama sekali. Sepanjang malam
kami berbagi cerita dalam pelukan. Kami selalu menikmati kebersamaan kami yang
sangat jarang. Memanfaatkan kesempatan yang semakin hari semakin menyempit
karena pekerjaan dan tanggungjawab pada keluarga yang saat ini kami miliki. Tapi
tak apa, ini cukup bagi kami. Dia telah mengajarkan dengan baik padaku untuk selalu
“mencintai keterbatasan”. Percayalah, itu tak mudah. Tapi kami pandai
menerapkannya.
Adalah dia, guru tak resmi yang kubayar hanya dengan senyum
untuk ilmu-ilmu hidup yang tak pernah kudapatkan di bangku sekolah mana pun. Selalu
kuingat tulisannya, “Kami dibesarkan oleh masalah, masalah dan masalah”. Aku
tersenyum saja membacanya. Memang tak sedikit dan tak ringan masalah yang kami
miliki sepanjang kebersamaan kami. Tapi itu tak pernah membuat kami menyesali
hidup, bahkan justru makin fasih untuk untuk saling menguatkan satu sama lain.
Adalah dia, yang selalu mengingatkan agar “kita bisa selalu
menjadi kita”. Ada beberapa fase yang kami lalui dan memunculkan pemikiran
takut kehilangan “ke-kitaan” kami,
saat aku akan menikah dan saat dia akan menikah. Kami berdiskusi panjang sekali
saat aku memutuskan untuk menikah. “Apa yang kau cari dari menikah sih, Vick? Kalau
hanya anak yang kau cari, kau bisa mendapatkannya dari mana saja, kapan saja,
tak harus menikah. Tapi jika masalah yang kau cari, maka menikahlah.”, katanya
ringan tanpa rasa bersalah di depanku yang mendadak pucat mendengarnya. Bagian mana
dari kata-katanya ini yang kalian tak setuju? Tapi biarlah, kuijinkan dia mengungkapkan
rasa takutnya aku akan tersakiti oleh orang lain yang tak pernah begitu
dikenalnya dan kemungkinan dia tak bisa mencegahnya terjadi. Hingga kemudian
dia mengatakan, “ Apa pun yang terjadi nanti saat kau bermasalah, aku tak
perduli dia ataukah kau yang salah, aku akan selalu di belakangmu untuk
membelamu, karena kita disatukan oleh darah.” Manisnya dia.. J
Dia sangat laki-laki. Tak pernah kulupa bagaimana caranya
memperlakukan wanita. Semua yang pernah bersamanya pasti tahu dan akan selalu mengingatnya.
Beruntunglah istrinya yang begitu dia sayangi dan diperlakukan sangat mulia
olehnya.
Jangan pernah berhenti menyayangiku. Aku akan selalu
membutuhkanmu untuk membagi tawa dan sedihku. Teruslah menjadi “brengsek” untuk
kita, jangan pernah menyudahinya, kita membutuhkannya untuk tetap bertahan
hidup dan naik kelas bersama-sama. Semoga kita tetap menjadi kita. Tresnaku tanpa upama..