Rabu, 25 Februari 2015

More

"Ok, sampai jumpa minggu depan. Dan jangan lupa paper minggu ini harus terkumpul semua minggu depan. Terimakasih". Kututup laptop dan membereskan mejaku, mengakhiri kelas. Berjalan di koridor kampus menuju ruang dosen. Membereskan beberapa buku dan menandatangani berkas-berkas yang ditinggalkan dengan note di mejaku.

Kukendarai mobilku lebih pelan dari biasanya. Baru pukul 14.00 dan hujan telah mengguyur kota ini, rintik namun intens. Ada Etta James mengalun merdu di speaker mobilku. Kusempatkan melepas blazer ketika berhenti di trafficlight, membuka sedikit jendelaku dan menyalakan sebatang marlboro light. Etta James menyanyikan "I've Been Loving You Too Long" dan aku pasrah dibuatnya merana.

Ingatanku kembali ke percakapan kita beberapa waktu lalu saat aku akan meninggalkan kotamu, berpamitan.
"Saya pulang. Kutinggalkan hatiku di kota ini. Kuyakin akan over bagage jika kubawa serta, berat.", kataku sambil menunduk dan membuang nafas berat.
"Tak apa, akan kuantar kembali ke sana suatu saat nanti.", katamu sambil tersenyum menggenggam tanganku erat. Mencoba menghibur.
Aku tersenyum, yang kuyakin senyum pahit yang kau lihat. Maafkanlah aku yang tak pernah pandai bersikap "tak apa-apa" padamu. Kuyakin kau mengerti.

Kuhentikan mobilku di parkiran sebuah taman. Hujan telah berhenti, dan sore ini menjadi cantik sekali dengan matahari merah yang memenangkan langit dari mendung. Kulepas heelsku dan menggantinya dengan flatshoes. Kubawa turun sebuah novel dan membawa serta hapeku saja. Kusempatkan membeli ice thai coffee di coffeeshop dekat parkiran. Kemudian menyusuri jalan konblok menuju sebuah bangku yang terletak tak jauh di pinggir danau kecil berbunga teratai. Duduk di sana, dan membiarkan sinar matahari mencuri kulitku di balik bayangan pohon di belakangku. Kuikat rambut panjangku ke atas dengan sedikit berantakan, tak apa, aku menyukainya seperti ini.
Aku mulai membuka novel yang kubawa.

Namun tak lama, ternyata aku lebih ingin menikmati sunyi di sore ini. Kututup lagi bukuku dan menyalakan sebatang rokok. Memandang kosong ke danau di depanku. Membiarkan mataku tersakiti okeh kilau airnya yang luar biasa. Kuminum kopi dinginku yang selalu mengingatkanku akan ejekanmu, "Bukan seperti itu cara menikmati kopi, cah ayu.", katamu. Namun aku tersenyum saja mengingatnya. Kau tahu aku bukan peminum kopi, dan kau bilang senang sekali ketika kubilang kuingin minum kopi. Coba ajariku cara mengingatmu yang lebih baik lagi selain dengan tersenyum seperti ini. Tak pernah kutemukan. Kupasang ear plug dan Andrea Bocelli mulai menyanyikan More.
"More than the greatest love the world has known, this is the love i give to you alone..."
Kupasrahkan diriku pada rindu padamu yang tak mengenal ampun.
Kutengok jam tanganku, waktu menunjukkan pukul 16.12. Aku kembali ke mobilku dan menyetir pulang.

Sesampai di rumah, memanaskan air dan menyeduh secangkir teh. Duduk di sofa tanpa menyalakan tv, masih dengan setelan kerja. Menyalakan mp3 dengan remote dan diam mendengarkan Great Big World menyanyikan Say Something.
"And i will swallow my pride, you're the one that i love and i'm saying goodbye..."
Kupejamkan mata dan tersenyum saja

Engkau selalu menjadi yang tersayang untukku. Tak pernah kuingin mengubahnya. Tak pernah ingin menyudahinya.


Jogja, end of  September 2014

Hari Ketiga



Tidurlah, sayang
Istirahatkan sakitmu, beri waktu mata sayumu untuk memejam
Agar hilang lelahmu, setelah berkali-kali menangis menahan sakit karena jarum-jarum suntik yang sudah hampir kehabisan tempat untuk bekerja di kedua tanganmu, di hari ketiga
Maafkanlah suster-suster di sini yang tak tahu cara menyembuhkanmu tanpa harus menyakitimu begitu
Sudah berkali-kali kupanjatkan doa ke Tuhan dan meminta sakitmu untukku, namun Tuhan memang suka bercanda dan kali ini sama sekali tak lucu, ya Ibu tahu
Mari sini, tidurlah di lengan Ibu
Agar bisa kupandangi lagi wajah tulusmu menjalani semua ini
Agar Ibumu punya waktu untuk melepas isak di punggungmu
Jangan khawatirkan esok, malam ini akan kuminta kembali pada Tuhan untuk kesembuhanmu
Semoga saja Dia tidak sedang sibuk atau piknik,
Hampir habis air mata Ibu melihat kalian lemah begitu
Pejamkan matamu, nak
Lupakan sejenak ngilu di tubuhmu
Lelaplah dalam mimpi-mimpi
Tak henti mulut dan hati ibu merapal segala doa untuk kebaikan kalian
Demi apa? Demi melihat lagi senyum kalian yang selalu jadi penawar untuk segala sakit yang dokter mana pun tak punya obatnya
Demi Tabina


Jogja, February 8th 2015