Senin, 28 Maret 2011

merapuh

Mengingatmu seperti gumpalan awan yang tercairkan, deras tak beraturan. Hujan rindu yang tak mampu ditepis oleh payungku. Berteduhpun ku tetap basah kuyup. Lalu bagaimana kuharus mengeringkan badan dari hujan yang tak pernah berhenti?

Membicarakanmu seperti anak kecil yang memakan habis gulali pertamanya. Manis. Namun kemudian menyesal karena pahit lidah ini saat berhenti. Kau tak pernah tahu hal tak manis yang kualami ini. Coba beri tahu ku apa penawarnya? Tak ada.

Menemuimu adalah surga. Dunia kecil rahasia yang kumiliki seorangan saja. Seperti bahagia yang pertama kali kau rasa. Tak mungkin ku lupa desir darahku yang hampir kehilangan arah alir karena jantungku yang bekerja tak sesuai takdir.

Merindukanmu adalah segalanya. Kesepian maha dahsyat yang kurasa. Saat dimana kumenepis peluh yang hampir tanpa jeda. Dan ku menyerah pasrah pada serangan siksa yang luar biasa. Karena keterbatasan yang memang tak bisa kumelawannya.

Mengenangmu selalu membuatku tersenyum dalam perih yang terkulum. Saat kuciumi aroma rokok kesukaanmu. Saat ku selalu kembali ke tempat-tempat yang kita singgahi. Saat aku tiba-tiba menangis tanpa alasan dalam derai gerimis.

Ku hanya tak tahu cara mengatakannya,,
Ku tak tahu cara menghindarinya,,
Dan ku tak pernah tahu cara menghentikannya,, rindu yang tak ada penawarnya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar