Minggu, 01 Desember 2013

Tuhan di Hari Minggu

Pertemuan semalam dengan seseorang menyisakan senyum sempurna
Pagi ini menawarkan rindu yang lain
Kopiku pun lebih manis dengan gula separuh dari biasanya
Apa lagi yang ingin kau ketahui?

Semalam Tuhanku baik sekali
Dia memudarkan sedihku dengan cara yang luar biasa
Sore ini kami minum teh berdua
Dia tak menceritakan alasannya, "Itu terlalu biasa", kata-Nya
"Yang tak pernah kau bayangkan mungkin terjadi pun Aku mampu menjadikannya", lanjutnya.

Tanganku bergetar hebat menuliskan ini. Man, ini Tuhan yang sedang minum teh bersamaku! Dia mengatakan "bakat-Nya" tanpa nada sombong sedikit pun.

Kuberanikan bertanya kepada-Nya. Kataku, "Tuhan, kukira semua makhluk-Mu sadar betul tentang "kebolehan-Mu", let me tell you one thing, Engkau Maha Bercanda, Yaa Tuhanku, tapi sorry to say, kadang bercandamu itu jauh dari lucu. Aku sering Kau buat merana menelan rindu yang sulit kugapai penawarnya. Dan saat kucari, sering yang kudapati Kau sedang sibuk "mengiyakan" yang lainnya. Kenapa?"

Dan dengan super cool dia menjawab, "Menurutmu begitu? Menurut-Ku kau berlebihan. Tak perlu seperti itu kau menyanjungku, toh sekarang kita minum teh bersama. Dan kau pun tahu, cobaan dari-Ku adalah untuk kau coba, apa beratnya menikmati itu?"

Aku hampir memaki dengan mulutku yang menganga getir mendengar jawab-Nya. Kutelan makianku dengan meneguk tehku. Kataku dalam hati, "Ok, kalau cobaan dari-Mu adalah untuk kucoba, apakah godaan dari-Mu adalah untukku bisa menikmati goda?"

Tetiba dia berkata dengan nada yang tak bisa kutuliskan seperti apa lembutnya. "Kalau kau pikir hanya kau saja yang membenci matematika maka kau salah besar. Aku pun tak pernah menyukainya. Pelajaran bahasa selalu lebih menarik, dan Kurasa kemampuanmu mengaplikasikannya boleh juga. Tapi apakah semenarik itu bagimu mendebat-Ku?"

Glek! Aku menelan ludah. Mukaku pucat seketika. Aku menunduk dalam, dalam sekali.

Dia mengangkat daguku, lembut sekali. Memandangku teduh dan berkata, "Aku menganugerahkan ibu untukmu, yang kasih sayangnya padamu tak ada bandingannya. Dan ketahuilah kesayangan-Ku, Aku menyayangi umat-Ku melebihi sayang seorang ibu pada anaknya."

Coba beri tahu aku sesuatu paling tangguh yang kalian tahu. Aku membutuhkannya untuk menyangga air mataku agar tidak jatuh. Bahkan leher beton penyangga fly over terbesar di kota ini pun tak mampu menahannya. Dan menyerah begitu saja pada pemilik gaya gravitasi paling kuat di jagat raya, hati.

Dia pergi tanpa menghabiskan teh-Nya
Membiarkan rokok yang baru sepertiga bagian dihisap-Nya
Tanpa marah, namun tidak juga menyempatkan mengusap air mataku

Kuberanikan diri memanggilnya, "God, can i call?"
Dia menjawab tanpa suara, hanya kulihat dari gerak mulutnya mengatakan, "a-n-y-t-i-m-e"


**Jakarta, 1 Desember 2013**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar