Selasa, 15 Juni 2010

Tak Ada Gantinya


Bagaimana kubisa berpaling darimu
Sekian lama kumencari separuh jiwaku
Kumau menunggu
Tak pernah berhenti
Sampai suatu saat nanti kau kan menyadari
Kuingin kau tahu tak kan ada habisnya
Kumasih miliki cinta melebihi yang kau kira
Hanyalah senyummu yang menghapus rinduku
Telah lama tak ku jumpa menghilang dariku
Akan kulakukan asal kau kembali
Ku tak sanggup sendiri lebih lama lagi ..


Lyrics Tak Ada Gantinya - Ipang

Lagu ini referensi dari Seno Merah, saudaraku yang paling .. paling lah pokoknya.
Pertamakali mendengarnya terasa biasa di telinga ini, namun setelah kutelaah dengan baik kata-kata nya yang di bawakan dengan sangat "gila" (kalau boleh kumenyebutnya begitu) oleh seorang bernama Ipang, entah kenapa lagu ini bisa membawaku ke rasa yang sudah lama ku tak merasakannya.

Mencoba mengatakan sesuatu melalui sebuah lagu. Menyampaikan rasa yang tidak biasa dengan cara yang semua orang bisa rasa. Menyenangkan rasanya bisa kembali mencicipi rasa ini. Teremangu-mangu dan hampir tak bisa menggambarkannya. Menciptakan kembali rindu akan sesuatu, sebuah tempat, sebuah rasa, bau atau mungkin seseorang yang pernah kita rindu.

Dan aku salah satu penikmat dari semua itu. Mendengarkannya dari headphone sambil menulis. Dengan matahari yang menerpa wajahku di sela-sela bambu di sore yang hangat dan cerah. Sambil meminum teh dari cangkir kecil berwarna putih di sebelah kiriku. Dan asbak yang hampir penuh dan abu rokok yang berserakan di sekitarnya.

Eternity. Begitu aku menyebutnya. Seperti rasa yang kusuka saat memutar nomor telpon dari telpon rumah model lama. Saat kita harus memutar setiap angka dan menunggunya berputar kembali ke posisi awal untuk dapat melanjutkan dengan angka berikutnya. Dan kemudian menunggu seseorang di ujung sana mengangkatnya dan mengatakan "Halo .. ?"

Entah kenapa kubegitu menyukainya. Seperti ku sangat menyukai bau dari kopi, walau ku tak begitu suka kopi. Namun menikmati kesendirian dalam senyap dengan banyak hal yang kusuka, seperti membaca kembali masa lalu dari sebuah surat yang ditulis oleh entah siapa. Menikmati membaca buku yang kusuka di kamarku dan tersenyum-senyum atau tiba-tiba menangis sendiri karenanya. Pergi menonton film di bioskop sendiri tanpa ada gangguan teman yang mengajak mengomentari film tersebut di tengah-tengah film itu diputar, dan mengalami rasa yang sama saat aku membaca buku. Ku bahkan tersenyum-senyum menuliskannya.

Aku menyukai hal-hal kecil "unpredictable" yang kurasa.
Aku menyukai kenyamanan yang kubuat dan kunikmati (kadang) sendiri.
Aku menyukai waktuku yang yang merindumu.
Aku menyukai saatku yang menginginkanmu.
Aku bahkan menyukai detik-detik sendiriku.

Tapi ku tak suka kau yang jauh dan tak tersentuh ..
Sungguh ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar